Nosel.id Jakarta- Dalam dunia konten kreator yang kerap dipenuhi dengan rekayasa, kehadiran Icha Yaldar terasa seperti percakapan santai dan jujur bersama seorang sahabat.
Perjalanan kreatifnya yang tidak linear, dimulai dari era meme populer tahun 2010-an, melalui masa jeda panjang, dan akhirnya kembali dengan konten yang penuh kesadaran, menjadikan profilnya begitu relatable dan menginspirasi.
Icha memiliki latar belakang yang unik, terlahir dari perpaduan dua kota dengan karakter berbeda.
“Aku nyampur, lahir nya di Jakarta. Besar nya di Bali,” ujarnya.
Pengalaman tumbuh besar di Pulau Dewata telah memberikan kesan mendalam padanya, terutama mengenai interaksi sosialnya.
Ia dengan santai menyampaikan, orang-orang di Bali “lebih ramah dan sopan” dibandingkan di Jakarta.
Perbedaan ini bukan hanya sekadar observasi, melainkan bagian dari pembentukan karakter yang menghargai kehangatan dan keramah-tamahan dalam berkomunitas.
Karier Icha di dunia hiburan digital bukanlah hal baru. Ia mengawalinya “Awalnya justru udah lama banget jaman baru ada meme-meme nya si istrinya Joshua.”
Menengok ke belakang, ia memperkirakan periode tersebut sekitar tahun 2011-2012, di mana ia juga sempat masuk dalam dunia dagelan.
Namun, gelombang kreatif awal itu tidak langsung berlanjut. Icha memutuskan untuk mengambil jeda panjang, sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali aktif membuat konten di pertengahan tahun ini.
Keputusan untuk kembali ini dibarengi dengan pendekatan yang jauh lebih personal dan autentik.
Berbeda dengan kontennya di masa lalu, kini Icha memilih untuk berbagi cerita berdasarkan fakta yang ia temui dalam hidupnya.
“Which is isi kontennya real fakta yang pernah ku temuin sih,” tuturnya.
Pendekatan “real fakta” inilah yang menjadi fondasi koneksinya dengan audiens, menawarkan kejujuran di tengah lautan konten yang seringkali dikurasi sempurna.
Bagi yang penasaran dengan proses kreatifnya, Icha memiliki prinsip yang sederhana namun powerful: “kreatif ga bisa dipaksain.”
Ia percaya bahwa ide terbaik justru sering kali datang secara spontan, tidak terduga, dan bisa muncul kapan saja.
Untuk menangkap momen-momen berharga ini, ia membiasakan diri untuk langsung mencatat setiap ide yang terlintas.
“Dari nulis itu idenya bisa berkembang lagi,” jelasnya.
Kebiasaan sederhana ini memungkinkan ide mentah bertransformasi menjadi sebuah konsep konten yang utuh, yang tetap menjaga kesan spontan dan genuin.
Di balik konten-kontennya yang ringan, Icha menyimpan harapan yang tulus untuk perjalanan hidupnya sendiri.
“Semoga semua yg sudah diusahakan akan berbuah manis segera, didatangkan dengan keadaan yabg baik juga,” adalah doanya yang sederhana namun penuh makna.
Namun, yang paling menonjol adalah pesan yang ingin ia sampaikan khusus kepada para wanita, terutama single mom yang menjadi salah satu niche kontennya. Pesannya tegas dan penuh kasih sayang:
“Semoga para wanita terutama single Mom yang baca konten-kontenku ini ngga lagi mau percaya laki-laki cuma karena cinta.
Sayangi diri kalian, prioritasin diri kalian itu yang paling utama.
Pasangan itu bonus, jadi kalo cari pasangan yang bisa menambah kebahagiaan kalian, bukan malah jadi beban.”
Source image: icha